Translator
Kamis, 29 Maret 2012
Kamis, 01 Maret 2012
Nilai Sebuah Waktu
Di depan kelas 6B,sekumpulan anak perempuan membicarakan sesuatu yang tampak serius.
“Eh,….tadi kelas 6A ulangan Matematika! mungkin nanti setelah istirahat giliran kita ya,” kata Ina.
“Ah, tapi Pak Indra tidak memberi tahu sebelumnya. Masa tiba-tiba ada ulangan,” bantah Irma.
“Kelas 6A juga tidak diberitahu sebelumnya, kok! Pak Indra, kan pernah bilang, jangan kalau mau ulangan saja kita belajar! Tak ada ulangan pun kita harus tetap belajar. Jadi, kalau ada ulangan mendadak, kita sudah siap,” Ina mengingatkan.
Beberapa anak mulai beranjak pergi. Mereka mulai mengambil buku matematika dan mulai belajar. Ya, waktu yang sedikit itu tentu dapat digunakan untuk mempelajari kembali pelajaran yang lalu.
Seorang siswa bernama Irat tampak kebingungan mengetahui hal itu. Akhirnya, Ia memutuskan untuk pulang saja karena tidak siap ikut ulangan Ia segera mengemas bukunya dan alat tulisnya. Sambil berpura-pura sakit, ia menuju ruang kepala sekolah. Ia meminta ijin pulang dengan alasan perutnya sakit. Kepala sekolah lalu memanggil guru kelas Irat. Dengan seijin guru kelas dan kepala sekolah, Irat pun pulang lebih awal. Irat tidak berani pulang ke rumah karena takut dimarahi ibunya. Ia pun memutuskan untuk duduk di taman.
Hampir semua bangku di taman penuh. Hanya ada sebuah bangku di ujung taman yang diduduki seorang wanita tua. Irat pun kemudian melangkah menuju bangku itu. Wanita tua itu rupanya sedang merajut.
“Selamat pagi, Nek, ”Tegur Irat, “Boleh saya duduk disini ?”
“Oh, tentu, nak!” sahutnya sambil menggeser tempat duduknya.
“Nenek sedang apa?” Tanya Irat.
“Sedang merajut baju hangat,” Jawab Nenek.
“Untuk dijual?”
“Tidak,” Sahutnya lagi.
“Untuk cucu Nenek?” Terka Irat kemudian.
“Semua cucuku sudah besar-besar. Nenek membuat baju ini untuk mengisi waktu saja. Nenek tinggal di seberang jalan ini. Ya, tak banyak yang dapat dikerjakan oleh orangtua seperti nenek ini,”Katanya sambil menarik napas dalam-dalam.
Kemudian, ia melanjutkan.’’Nenek sudah tak sekuat dulu. Mencuci piring atau memasak pun sudah tak mampu. Nenek senang membaca, tetapi sekarang sudah tak mampu melihat huruf yang kecil-kecil. Padahal, nenek tak biasa berpangku tangan sepanjang hari. Nenek tak pernah menyia-nyiakan waktu. Dulu, guru nenek selalu menasihati untuk mengerjakan sesuatru yang berguna bagi diri kita dan orang lain. Sekarang, ada satu kemampuan nenek yang tidak begitu banyak memakan tenaga dan pikiran. Ya, membuat baju-baju hangat kecil ini,”
Irat terkesima mendengar cerita itu. Dalam hatinya, ia mengakui kebenaran ucapan si nenek. Ibunya pun pernah berkata begitu.
Perasaan Irat terpukul. Ia telah membuang-buang waktu dengan percuma. Duduk di bangku taman ini, Tanpa mengerjakan apapun, hanya untuk menghindari ulangan matematika.
Ia menyesal. Kalau saja ia dapat membagi waktu dengan baik, tak perlu takut ulangan.”mulai hari ini, aku harus belajar. Aku harus siap menghadapi ulangan, kapan pun dilaksanakan,”begitu tekadnya dalam hati. (Sumber Internet)
»» Baca Selanjutnya...
“Eh,….tadi kelas 6A ulangan Matematika! mungkin nanti setelah istirahat giliran kita ya,” kata Ina.
“Ah, tapi Pak Indra tidak memberi tahu sebelumnya. Masa tiba-tiba ada ulangan,” bantah Irma.
“Kelas 6A juga tidak diberitahu sebelumnya, kok! Pak Indra, kan pernah bilang, jangan kalau mau ulangan saja kita belajar! Tak ada ulangan pun kita harus tetap belajar. Jadi, kalau ada ulangan mendadak, kita sudah siap,” Ina mengingatkan.
Beberapa anak mulai beranjak pergi. Mereka mulai mengambil buku matematika dan mulai belajar. Ya, waktu yang sedikit itu tentu dapat digunakan untuk mempelajari kembali pelajaran yang lalu.
Seorang siswa bernama Irat tampak kebingungan mengetahui hal itu. Akhirnya, Ia memutuskan untuk pulang saja karena tidak siap ikut ulangan Ia segera mengemas bukunya dan alat tulisnya. Sambil berpura-pura sakit, ia menuju ruang kepala sekolah. Ia meminta ijin pulang dengan alasan perutnya sakit. Kepala sekolah lalu memanggil guru kelas Irat. Dengan seijin guru kelas dan kepala sekolah, Irat pun pulang lebih awal. Irat tidak berani pulang ke rumah karena takut dimarahi ibunya. Ia pun memutuskan untuk duduk di taman.
Hampir semua bangku di taman penuh. Hanya ada sebuah bangku di ujung taman yang diduduki seorang wanita tua. Irat pun kemudian melangkah menuju bangku itu. Wanita tua itu rupanya sedang merajut.
“Selamat pagi, Nek, ”Tegur Irat, “Boleh saya duduk disini ?”
“Oh, tentu, nak!” sahutnya sambil menggeser tempat duduknya.
“Nenek sedang apa?” Tanya Irat.
“Sedang merajut baju hangat,” Jawab Nenek.
“Untuk dijual?”
“Tidak,” Sahutnya lagi.
“Untuk cucu Nenek?” Terka Irat kemudian.
“Semua cucuku sudah besar-besar. Nenek membuat baju ini untuk mengisi waktu saja. Nenek tinggal di seberang jalan ini. Ya, tak banyak yang dapat dikerjakan oleh orangtua seperti nenek ini,”Katanya sambil menarik napas dalam-dalam.
Kemudian, ia melanjutkan.’’Nenek sudah tak sekuat dulu. Mencuci piring atau memasak pun sudah tak mampu. Nenek senang membaca, tetapi sekarang sudah tak mampu melihat huruf yang kecil-kecil. Padahal, nenek tak biasa berpangku tangan sepanjang hari. Nenek tak pernah menyia-nyiakan waktu. Dulu, guru nenek selalu menasihati untuk mengerjakan sesuatru yang berguna bagi diri kita dan orang lain. Sekarang, ada satu kemampuan nenek yang tidak begitu banyak memakan tenaga dan pikiran. Ya, membuat baju-baju hangat kecil ini,”
Irat terkesima mendengar cerita itu. Dalam hatinya, ia mengakui kebenaran ucapan si nenek. Ibunya pun pernah berkata begitu.
Perasaan Irat terpukul. Ia telah membuang-buang waktu dengan percuma. Duduk di bangku taman ini, Tanpa mengerjakan apapun, hanya untuk menghindari ulangan matematika.
Ia menyesal. Kalau saja ia dapat membagi waktu dengan baik, tak perlu takut ulangan.”mulai hari ini, aku harus belajar. Aku harus siap menghadapi ulangan, kapan pun dilaksanakan,”begitu tekadnya dalam hati. (Sumber Internet)
Langganan:
Postingan (Atom)
Pengikut
Blog Archive
VIDEO
Mubes Sinode Gkpb 2010 Slideshow: Hendrik’s trip from Kupang, East Nusa Tenggara, Indonesia to Jakarta was created by TripAdvisor. See another Jakarta slideshow. Create your own stunning free slideshow from your travel photos.